Janjikan Orgasme, Seks Oral Punya Efek Buruk Bagi Vagina
Seks oral merupakan teknik bercinta yang banyak dilakukan pasangan. Tapi ternyata, seks oral memiliki dampak buruk bagi vagina. Apa saja?
Menurut laman Times of India, Selasa (21/11/2017), sebuah survei yang dilakukan oleh media terkemuka mengungkapkan bahwa 45 persen orang mengaku melakukan seks oral di beberapa titik dalam kehidupan mereka.
Sayangnya, seseorang dapat terkena dampak buruk akibat melakukan seks oral sebagai berikut.
1. Herpes
Jika pria memiliki luka di mulutnya, berhubungan dengan kulit vagina dapat berisiko menularkannya kepada Anda. Hal dapat menyebabkan herpes genital.
Untuk itu, sebaiknya memeriksakan dengan pasti apakah pasangan Anda memiliki luka atau mengalami sariawan di mulutnya. Jika iya, hindari seks oral semaksimal mungkin.
2. HIV
Seorang wanita juga bisa terkena klamidia atau gonore bersamaan dengan HIV jika pria tersebut terinfeksi. Risikonya bukan untuk wanita saja. Jika seorang pria memberi seks oral saat gadis sedang menstruasi, dia bisa terkena infeksi melalui kontak cairan tubuh.
Menurut seorang ginekolog, seks oral dapat mempengaruhi vagina wanita. Mulut vagina dan bagian dalam vagina memiliki bakteri alami. Jika kondisi salah satu dari pasangan tersebut tidak sehat, maka melakukan seks oral dapat dengan mudah menimbulkan ancaman kesehatan.
Selanjtnya
3. Kanker
Menurut laman Web MD, selain berdampak pada vagina, seks oral juga bisa memberikan efek buruk pada tenggorokan. "Anda bisa terkena kanker tenggorokan dari seks oral," kata Ketua Petugas Medis American Cancer Society Chief, Otis Brawley, MD.
Virus human papillomavirus (HPV) bisa ditularkan saat berhubungan seks, termasuk seks oral.
Periset menemukan, beberapa kanker orofaring atau tenggorokan tengah dan amandel dapat disebabkan oleh jenis human papillomavirus (HPV) tertentu. HPV biasa terjadi, tapi tidak selalu menyebabkan kanker.
Jika Anda tidak terpapar HPV saat melakukan seks oral, Anda tidak berisiko terkena kanker.
Brawley juga mengatakan, petunjuk adanya hubungan antara HPV dan kanker orofaring terjadi pada akhir 1980-an dan awal 90-an. Periset melihat adanya peningkatan jenis kanker ini di antara orang-orang yang sebelumnya tidak berpotensi kanker.
Penyakit ini mulai mempengaruhi peningkatan jumlah orang di sekitar usia 40 tahun yang tidak merokok atau minum. Pada dekade sebelumnya, kanker ini biasanya ditemukan pada orang tua yang mengisap rokok dan mengonsumsi minuman keras.
Sumber : http://health.liputan6.com
No comments: