Siapa yang Disalahkan Jika Robot Seks Memerkosa Wanita? Ini Jawabannya ...



ILC, Jakarta - Ketika robot seks pria akan mulai beredar di pasaran tahun ini, salah seorang pakar hukum mengingatkan ancaman gelap dari kecanggihan teknologi tesebut.

Robot manusia (droid) buatan perusahaan startup asal California, Realbotix itu didesain dengan proporsi tubuh maskulin, penis bionik, dan sistem kepribadian berbasis kecerdasan buatan (AI).

Robot seks pria tersebut akan dibanderol dengan harga sekitar Rp 157 juta per unitnya.

Sama dengan robot seks wanita yang sempat menuai kontroversi, muncul kekhawatiran bahwa tentang risiko masalah etika dan hukum dari pengunaannya sebagai pemuas kebutuhan biologis.

Satu skenario yang tengah dipertimbangkan adalan apakah jika robot seks tersebut memaksa berhubungan intim, kemudian dianggap sebagai pemerkosaan? Jika iya, siapa yang harus bertanggung jawab?

Noel Sharkey, profesor robotika dan AI di Universitas Sheffield, mengklaim bahwa risiko hukum terletak pada pencipta (programmer) robot seks.

"Robot seks pria, seperti robot pada umumnya, tidak memiliki nafsu," ujar Sharkey.

"Ini adalah perangkat mati yang dijalankan oleh pemrograman komputer. Jadi jika robot ini memperkosa seorang wanita, maka polisi akan memburu pembuatnya," lanjutnya menjelaskan.

Namun, karena belum diketahui akan seperti apa robot seks pria digunakan oleh konsumen wanita, argumen di atas, oleh beberapa pihak, disebut akan tetap menjadi hipotesis belaka.

Di sisi lain, robot seks wanita yang hadir lebih dulu, telah menuai kontroversi di tengah khalayak luas, karena dianggap sengaja mengobyektifikasi kaum Hawa.

Satu produsen menawarkan robot dengan pengaturan 'Frigid Farrah' yang menimbulkan bunyi-bunyian ‘penolakan’, sehingga konsumen seolah tengah memerkosa seorang wanita.



Sumber : https://www.liputan6.com/

No comments:

Powered by Blogger.